Gambar Mewarnai Singa Macan
_mewarnai.webp)
Halaman unduh untuk gambar mewarnai Gambar Mewarnai Singa Macan. Klik tombol di atas untuk mengunduh gambar dalam format PDF berkualitas tinggi, siap untuk dicetak dan diwarnai.
Gambar Mewarnai Terkait
Dongeng Terkait dari Blog
Asal Usul Mie: Hidangan Panjang Umur dari Negeri Tiongkok - Dongeng
Pada zaman dahulu kala, di tengah megahnya Negeri Tiongkok, hiduplah seorang raja yang tidak hanya tampan dan berkumis lentik, tapi juga sangat peduli pada rakyatnya. Sayangnya, negeri itu sedang dilanda musibah: wabah penyakit menyerang dan membuat orang-orang kehilangan nafsu makan. Bahkan bau semangkuk nasi putih saja bisa bikin mereka mual seperti melihat mantan. Rakyat makin hari makin kurus, lemah, dan pucat seperti kain yang sering dicuci tapi nggak pernah dijemur. Saking lemahnya, ada yang niup seruling aja langsung masuk angin. Sang Raja pun gelisah. Ia duduk di singgasananya sambil mengelus perut yang kenyang... karena ya, sebagai raja, beliau tetap makan enak. Tapi hatinya tetap gundah gulana. “Kalau begini terus, siapa yang bakal tepuk tangan pas ulang tahunku nanti?” pikirnya. Lalu, terbitlah sebuah ide cemerlang: "Akan kuadakan sayembara! Siapa pun yang bisa menciptakan makanan yang membuat rakyat sehat, kuat, dan panjang umur... akan kuangkat jadi Koki Istana Sejati!" Maka berdatanganlah para ahli masak dari seluruh penjuru Tiongkok—dari gunung, lembah, sampai kampung sebelah yang sinyalnya susah. Ada yang membawa sup rumput laut, ada yang mengusulkan jus akar ginseng lima warna, bahkan ada yang datang dengan konsep diet air mata (menyedihkan dan tak mengenyangkan). Namun, tak satu pun berhasil memikat hati rakyat. Hingga...
Baca Dongeng...Ayah yang Galak (Tapi Sayang Banget) - Cerita Anak
Halo! Namaku Ani. Umurku 11 tahun. Aku duduk di kelas 5 SD dan aku punya adik laki-laki namanya Rafi. Umurnya baru 6 tahun. Dia lucu, tapi kadang ngeselin karena kalau tidur suka tendang-tendang. Aku mau cerita. Cerita ini bukan cerita dongeng, tapi cerita beneran, tentang TBC. Namanya aja aneh, kayak nama robot, tapi ternyata itu nama penyakit. Dan kami sekeluarga pernah kena. Iya, kena beneran. Awalnya... Tujuh bulan yang lalu, ibuku mulai sering batuk-batuk. Awalnya sih biasa aja, kayak flu, pilek, batuk. Tapi... kok lama-lama nggak sembuh-sembuh ya? Udah ke dokter dua kali, tapi tetap aja batuknya betah. Sampai-sampai aku hapal suaranya: “Khhk.. Khhk.. Khhkhhh..” Itu bunyi batuk ibu yang aku dengar tiap malam. Kadang bikin aku susah tidur. Kadang bikin aku takut. Setelah dua bulan batuk terus, ibu mulai sesak napas. Aku lihat matanya sering ngantuk, mukanya pucat, dan berat badannya turun. Aku pikir, jangan-jangan ibu stres karena piring di dapur numpuk. Tapi ternyata bukan. Waktu ke dokter lagi, ibu langsung disuruh ke IGD di rumah sakit. Di sana ibu dicek-cek dan diambil darahnya. Aku ikut lihat, adik Rafi sampai tutup mata pakai tas kecilnya. Hasilnya keluar: Ibu kena.. TBC. Tiba-tiba Aku dan Rafi Juga Dicek Waktu itu aku...
Baca Dongeng...Bakso Hambar, Hati yang Bersyukur - Cerita Anak
Suatu sore yang mendung, aku mendengar suara motor berhenti di depan rumah. “Kayaknya Ayah pulang!” seruku sambil lari ke depan. Benar saja. Ayah turun dari motor sambil membawa kantong plastik besar. “Ayah bawa apa, yah?” tanyaku penasaran. “Coba tebak dari baunya,” kata Ayah sambil menyodorkan plastik. Aku mencium aromanya. “Baksoooo!” teriakku senang. Ibu keluar dari dapur sambil tersenyum. Adikku, Raka, langsung melompat-lompat. “Yay! Bakso! Aku mau tiga pentol!” Kami berkumpul di meja makan. Bakso memang makanan favorit kami sekeluarga. Tapi, saat aku menyeruput kuahnya… aku langsung berhenti. “Lho, kok hambar? Rasanya aneh...” gumamku. Aku coba satu pentol. Lumayan. Bulat dan kenyal. Tapi karena kuahnya hambar, rasanya jadi… yaa, kurang. “Kenapa baksonya nggak enak?” kataku dengan suara keras. Ibu menoleh. “Rini, makan dulu baru komentar,” katanya tenang tapi tegas. Ayah cuma tersenyum kecil sambil menuangkan kuah ke mangkuk Raka. Aku nyeruput lagi. Tetap sama. Hambar. “Tapi beneran deh, baksonya nggak enak,” kataku lagi. Ibu meletakkan sendok. “Nak, bakso itu Ayah belikan dari rezeki yang Allah beri. Mungkin menurutmu rasanya kurang, tapi di luar sana banyak anak yang cuma bisa mimpi makan bakso. Coba pikirkan itu.” Aku terdiam. Rasanya seperti ditegur langsung oleh hati sendiri. Ayah mengangguk setuju. “Benar kata Ibu....
Baca Dongeng...